read more
10 Maret 2013
Aku ingin Blackberry lagi
read more
11 Februari 2012
I'm Indonesian and Wants To Speak English Well
For practice in speaking english we should be study more about that. Such as : Writing, reading, speaking, and use english daily. Honestly... I'm Indonesian and i can't speak english like native speaker. I knew the reason. What ?. Because, i haven't accustomed to spoken english daily. Many people said that we will get forced while we are in the majority of countries that use English as a langguage. It is true, i think. Why ?. Because, when we were there, we will faced anything about english, english, and english. Such as : English television, english radio broadcast, english newspaper, and we must speak english to others people in around us. It seems probably not when we choosen speaking the other langguage, Why ?. Because we were in a country where use english as daily conversation.
I think it's enough for this day about my experience. It will be continued my friend. :)
Photo/picture source : Google Search Engine
read more
4 Desember 2009
AIR LANGIT
Langit sore hari ini mendung
Dan mungkin sebentar lagi akan turun hujan
Diatas sana...awan bergejolak tak tentu arah melayang-layang
Mereka kelabu, abu-abu namun agak hitam, mungkin mereka sedang muram
Muram juga sekarang hati yang kini diderita tuan
Benar saja...
Satu...diikuti ratusan juta lainnya air langit jatuh
Menghujam semua...semua yang berada di bawahnya
Sejenak kupejamkan kedua mata...
Sambil juga kuciumi aroma...
Bau itu...
Bau debu
Juga bau tanah yang menyengat hebat
Masuk liar ke dalam lubang hidungku
Mereka bekerja mempengaruhi fikiranku
Juga merusak perasaanku
Namun kubiarkan mereka berada disini terlalu lama...
Karna mereka seolah memberikan ketenangan batin
Juga memberiku ketenangan setelah semuanya yang kualami
Segera kulepaskan kedua mataku...
Namun dengan perlahan-lahan...
Melihatmu...
Wajahmu terlukis di langit kelabu
Juga ditemani dengan rintik-rintik gerimis yang sedemikian cepat jatuh tak sabar
Dan aku pasti ingat sosok itu
Garis wajah itu...
Senyum itu...
Dan aku bahagia melihat kau berbinar seperti itu
Tapi hanya sesaat...cahaya kilat membuat wajahmu hilang dari pandanganku
Mungkin terbang bersama rombongan burung yang sedari tadi hinggap di ranting-ranting pepohonan itu
Sebenarnya mereka memilih untuk tak pergi...karna disanalah mereka merasa nyaman
Tapi karna sesuatu keadaan yang membuat mereka memilih untuk pergi jauh...
Aku suka bau tanah ketika saat hujan turun
Aku suka hujan...karna rintik-rintik air yang jatuh menimpaku membuatku tenang
Aku suka hujan...karna disanalah aku begitu menikmatinya
Aku suka hujan...karna disanalah aku melihatmu kembali
Aku suka hujan...karna disanalah wajahmu berbinar
Aku suka hujan...karna disanalah senyummu berada
Aku suka hujan...karna aku suka suasananya
Aku suka hujan...karna aku begitu menikmatinya
Jakarta, 29-11-2009
read more
31 Oktober 2009
Aku Memang Seperti Ini
Aku pemimpi ?
Aku menikmati saat-saat itu, menjadi aku tapi di dunia yang kubuat sendiri ?
Apa aku memang seperti itu ?
Memang benar adanya beberapa hal dari isi buku tebal cover merah dengan corak gambar aneka macam binatang yang di-set sedemikian rupa--satu dengan lainnya memutar sehingga membentuk sebuah lingkaran, dibalut dengan beberapa garis hitam berbentuk lingkaran di luar mereka yang membuat mereka takkan 'kabur tanpa pamit'. Bukankah mereka telah 'dikerangkeng' dengan beberapa garis tebal itu, lagipula tak pernah kudengar gambar mempunyai roh untuk bisa melarikan diri. Bukankah mereka terlahir dari setitik tinta, mereka tercipta hanya untuk menarik minat orang lain untuk 'mengenal' mereka. Ya... aku termasuk di dalam orang-orang itu. Lagipula buat apa mereka melarikan diri jika ada kesempatan untuk itu ?. Untuk menakut-nakuti orang ?. Tak perlu. Lebih baik mereka berada terpajang di cover sampul depan buku itu selamanya, menjadi penghias buku itu untuk mempertegas sebuah kata diatasnya yang berbunyi "SHIO". Sehingga nantinya pun aku bisa tahu, dan sekarang aku pun jadi tahu setelah kubaca isinya. Oh.. jadi ini lah shioku.
Ternyata aku memang seperti itu, dan kuakui itu. Dan ini lah jawaban dari semua kata-kata yang berakhir dengan sebuah simbol tanda tanya di atas itu. Aku memang mempunyai harapan tinggi untuk masa depanku kelak nantinya. Bisa dikatakan aku berimajinasi terlebih dahulu, dan tinggal semangat di dalam diri ini untuk mewujudkannya. Musuhku hanya 1, terkadang rasa malas bisa terlalu lama menghinggapi diri ini. Dan setelah itu, aku hanya berharap semangat-semangat itu berkobar lagi dan 'membakarku'. Memang hanya 1 musuhku, tapi ia merepotkan sekali, ah... rasa itu yang bisa membuat angan-angan ini sulit sekali untuk diwujudkan.
Meskipun begitu, walau tidak berani berjanji. Aku akan selalu berusaha untuk bisa menjadi seseorang yang lebih berarti untuk semua orang-orang yang selalu ada di hati dan pikiranku.
Aku...
akan menjadi lelaki yang sebenarnya lelaki.
Dan aku...
akan membuktikannya.
BAGIAN 2
Apa aku akan menjadi pengecut untuk tidak lagi mau menjalin cinta?
Apa aku akan menjadi pecundang untuk tidak lagi mau untuk menyayangi dan bisa merasakan disayangi?
(Menghela nafas dalam-dalam....)
(Lalu berfikir sejenak)
Memang, aku seperti itu, tapi bukan untuk hari ini dan beberapa hari yang lalu, karena semua hal itu hanya berlaku untuk waktu dulu, dulu sekali. Cukup 1 saja alasannya, kenapa bisa terlalu lama aku menjadi pengecut meskipun banyak kutemui 'cinta' bertebaran menghampiriku. Kebohongan. Dan hal itu adalah sesuatu yang kubenci. cukup sudah untuk merasakan nikmatnya kebohongan, dan tidak untuk kedua kalinya, ataupun ketiga kalinya, ataupun sampai beberapa kali.
Aku bukan 'pemain' dalam menjalin suatu hubungan. Aku hanyalah aku, yang kan selalu memberikan semua rasaku untuknya.
Aku bukan 'pemain' dalam arti kesetiaan, aku hanyalah aku, dan aku akan selalu tetap bersamanya.
Aku hanyalah aku, bukan orang lain, adanya aku memang seperti ini.
Aku hanyalah aku, bukan pendusta, karena aku memang bukan seperti itu.
Aku hanyalah aku, yang selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik baginya agar bisa menjadi nomor 1 dihatinya.
Tak kusesali takdirku
Tak kusesali awal dari semuanya sehingga bisa mengenalnya.
Tak kusesali saat aku harus menerima 'candaannya' untuk bersama dengan yang lain.
Tak kusesali untuk pertama kalinya berbicara dengannya.
Tak kusesali waktuku kuhabiskan untuk berbicara dengannya walaupun kenyataannya jauh.
Tak kusesali saat aku melihat, di saat itu juga beradu pandang dengannya yang sebenarnya tak' ada niat untuk hal itu.
Tak kusesali di tiap-tiap kesempatan saat bersamanya sambil membunuh waktu untuk bisa mengenalnya lebih jauh. Langkah demi langkah kaki bersamanya, berbicara dengannya tentang segala hal, bercanda dengannya yang sesekali dipenuhi dengan gelak tawa, dan semua romantisme serta rasa malu-malu itu yang takkan pernah aku lupakan tetapi aku simpan, aku tempatkan di dalam sebuah kotak khusus yang berada di dasar hati yang paling dalam untuk dijadikan sebuah kenangan manis. Dan itu bisa menghiburku saat aku menginginkannya berada disampingku walau kenyataannya aku sedang sendiri.
Tak kusesali ketika pada akhirnya untuk sebuah awal yang indah--kami sepakat menjadi satu untuk jadi berdua yang pada akhirnya aku pun harus mengingkari mauku yang sebenarnya t'lah sukses aku jalani hampir terlalu lama.
Tak pernah kusesali semuanya, segala hal saat bersamanya.
Sekali lagi, tak pernah kusesali takdirku harus seperti ini.
Walau kutahu, jika ada awal pasti ada akhirnya. Bukankah memang seperti itu dalam kehidupan ?.
Tetapi mauku, akhirnya tidak akan datang secepat itu, tapi akan datang jika 'kehidupan' kami t'lah habis.
Aku tahu. Aku tahu sekali, rasaku lebih dalam dibandingkan apa yang ia tahu selama ini dari rasaku.
Dan..
Aku merasa senang jika melihatnya selalu tersenyum dan tertawa lepas.
Tapi..
Aku sedih jika melihatnya sebaliknya
Bagian 3
Semua ini kupertegas..
Kupersempahkan seluruh hidupku untuk mereka, dan begitu juga seseorang yang akan menjadi bintang hati yang paling amat berharga nantinya.
Aku lelaki..
Akan memilih menderita sendiri jika pada akhirnya mereka bahagia.
Aku lelaki..
Akan memilih jalan melawan arus dari apa yang kuingin, jika pada akhirnya bisa membuat mereka tersenyum.
Aku lelaki..
Akan memilih selalu bergerak 24 jam, kemanapun itu untuk mencari materi, jika pada akhirnya hidup mereka sejahtera, dan tak kekurangan apapun.
Aku lelaki..
Akan memilih sakit, jika pada akhirnya mereka selalu sehat.
Aku lelaki..
Akan memilih menanggung sendiri semua kesedihan mereka, jika pada akhirnya mereka bisa selalu tertawa lepas.
Aku lelaki..
Dan aku bahagia melihat mereka bahagia.
Aku lelaki..
Karena aku memang seperti ini.
read more
17 Oktober 2009
Tak’ pernah kulakoni sebelumnya
Sejauh sepanjang jalan melelahkan kaki meski tak’ terbiasa
Namun ku terbiasa bila selalu diam..
Menunduk..
Dan tak’ peduli dengan sekitar..
Sikapku petang ini berubah menjadi congkak
Meski sadar aku tahu mengapa
Pancing sedkit amarahku lekas naik
Meski ku tahu jawabnya mengapa
Memikirkanmu..
Semua hal yang tersembunyi dariku
Dustamu..
Walau ku tahu itu hakmu
Juga pilihanmu
Aku ini lelaki ‘statusmu’
Aku ini manusia
Aku punya rasa
Sama seperti kalian lelaki biasa
Juga sama seperti kalian perempuan biasa
read more
12 Juli 2009
Takdir menentu hingga menemu
Dari segalanya yang mengikat
Yang tak' kuingin
Dari semuanya yang kan menebal membutakan rasaku
Terbakar...
Berkobar menyala-nyala
Tetapi sebelumnya...
Mati kaku sampai membeku-beku
Jadi...
Apa yang bisa kuperbuat ?
Semua kan datang hanya menunggu waktu
Menuntunmu mendekapku
Jadi...
Biarkan saja takdir memilihmu
Lewat irama angin dari segalanya yang tak' kuingin
Membawamu sampai kau tergoda
read more
24 Mei 2009
Kita punya masa, dulu
Aku, kau, juga mereka main lari-lari, main sembunyi-sembunyi
Permainan sederhana tiap sore hari, waktu itu
Ah...menyenangkan sekali
Kita punya jalan hidup, jadi sendiri-sendiri
Selang setahun, sudah jadi perempuan
Sungguh cepat sekali
Juga karna waktu, kita bertemu akan...
Dalam waktu kita menemu sempat
Sementara ini, kita bisa melihat
Tubuh kita menghadap, kita beri kita punya senyum hangat
Aku bisu, juga kau. Jadi cara kita, kita punya kita beri, itu alat
Sesuatu dalam ini rasa menekan-mendesak
Jadi ingin tahu, tak' sabar, karna jerit mereka memekak
Mereka tuntun, aku punya mata, lihat
Dia, duduk di depan halaman rumah ditemani sinar hangat
Ah...emosi. Menyulap hati jadi merasa
Aku tahu ini, tidak selamanya
Aku mau cepat-cepat pergi
Juga dari sini. Menekan-mendesak, tak' peduli
Sudah saatnya,
Aku kembali juga dari menamu
Karna Ibukota ini tempat tinggalku
Disini aku seharusnya
Terlalu lama, hilang sudah
Semburat emosi jadi redam, kini dingin membeku
Takkan lagi terbakar menyala-nyala, kala itu
Karna kutahu...ini sementara. Karna emosi sedang berulah
read more